Setiap kali kuceritakan kamu tentang aku, rasanya ingin menangis. Bukan karna tatapanmu menajam. Bukan karna tanggapanmu mengiris. Tapi karna aku tau, lagi-lagi aku mendorongmu dari hidupku. Dari tempat dimana aku tau aku mau kamu ada.
Maaf, sayang.
Maaf karna selalu kamu yang cuek kalau aku butuh kamu ketika ada hal lain yang harus kamu lakukan.
Maaf karna selalu kamu yang pembohong kalau kamu pergi diam-diam setelah aku menyakitimu.
Maaf karna selalu kamu yang egois kalau kamu lebih suka menghilang daripada cemburu.
Maaf,
karna aku berani berpikir bahwa tidak melangkah adalah pilihan yang lebih baik daripada harus jatuh ke lubang yang sama.
Padahal, kamu telah menggenggamku setahun belakangan, menunggu aku berani maju dan jatuh bersamamu.
Harusnya aku sadar, ketika aku terus mendekati bumi karna gravitasi yang ia punya, kamu siap menangkapku.
Ini bukan rangkaian manis yang kususun untuk merayumu. Bukan, aku tidak pandai membuai telinga manusia dengan kataku.
Tapi entah berapa kali harus kuucapkan, sayang, agar aku yakin kamu tidak berpikir sebaliknya:
Aku sayang kamu, muhammad iqbal. Aku mau kamu terus di sini. Di sisiku.
Yogyakarta, 16 Oktober 2013