Labels

Promo (1) Recipes (1)

Saturday, September 15, 2012

A Letter To You

Hi, how are you doing?

I'm fine, kinda hoping that you will read this post because it's meant for you.


It's been pretty long since we met, but I can still see you crystal clear everytime I close my eyes. I remember your voice, your laugh, even your big smile and your brown eyes.

You might be enjoying your life there at the moment. I know you have a great life now, with your friends and the new crush.

Me too, actually--not the crush part, though. My life's been great. I have some new friends and tasks have been keeping me busy during weekends. I'll tell you about it as soon as we get the chance to communicate. Or hopefully, meet.


You know what? I've been asking myself, will it be harder to talk to you, now that we 're not together the way we used to be?

You see, the weirdest part is, we're not that far and I have so many ways to contact you. I got your number. I got your im/email address. You're in my bbm's contact list. We're friends on facebook. We even follow each other on twitter.

The thing is, I'm not good at saying things in my mind, especially to the ones I care about. I don't know if you notice this, but lately, everytime we talk, I got mad at you over the smallest things. I hurt your feelings just because I don't want you to know that I hate it when we're apart.

Know that I didn't mean anything I said. The truth is, I love you no matter what.


Don't be sad because of the distance between us right now. We'll be fine, I guarantee. Wipe your tears, save it for my graduation day. Save it for the day I make you proud.

Promise?

***

P.S.: Tell everyone I miss them too, but keep this to yourself: I miss you more than anyone else in this world.

Wednesday, September 12, 2012

"When we're happy, we listen to the song. When we're sad, we listen to the lyrics."

Ternyata bener loh katanya siapa gitu aku lupa. "When we're happy, we listen to the song. When we're sad, we listen to the lyrics." Udah gitu, kalo lagi sedih atau mellow, semua jadi berasa daleeeem gitu.

Jadi ceritanya aku baru selesai ngerjain tugas psikologi dasar jam segini akibat mati lampu dan batre laptop kurang bersahabat (yeah, that's what makes me sad). Terus, berhubung mata masih panas bekas dioles balsem seger, aku pun iseng baca ulang materi psikologi dasar yang udah dibikin resume-nya.

Ujug-ujug aku nemu paragraf ini.

He points out that it is overwhelmingly likely that not everyone who started out on the journey will arrive at the final destination of the group. Some individuals choose to remain at various 'stopping places' along the route. Similarly, individual development is like a migration with various stopping places. These stopping places are times when the person becomes attached to something or someone. When that attachment is given up (i.e., countercathected), then a part of the person is left behind, so to speak. As we are forced to move on, we leave a part of ourselves still connected to our earlier, childish attachments.

***

We stopped at a place and caused a huge mess. I, caused a huge mess.

We're leaving now (I'm leaving actually, you already left a long time ago), and I hope we can find another stopping place and be able to say, "so this is what happens after 'the end'."

And just like what the paragraph said, I left a little part of me still connected to that place, a place once I called home.

It's not that I still wish we could stay there for the rest of our lives. I just wanna be able to look back every once in a while, to remind myself that nothing could ever be harder than that--leaving home. And if leaving home is something I could do, then I can do anything.

So thank you, for letting me go.


And oh, I got one last thing to say : I don't break promises :)

Sunday, September 9, 2012

Pencitraan

Halooooo udah bosen belum bacain post-ku?


Malem ini judul post-nya pencitraan aja yah, berhubung tadi aku baru baca satu tulisan di blog tetangga yang kabarnya ditulis untuk tujuan mulia yang populer sejak masa kepemimpinan SBY ini.

He eh, pencitraan.

Nah karna judulnya begitu, mari kita bicara seputar pencitraan.

Aku sendiri juga nggak terlalu ngerti arti harafiahnya "pencitraan" itu apa, tapi dari yang kutangkep dari konteks kalimat yang dipake orang-orang saat ngomong kata itu, pencitraan tuh intinya kayak menampilkan apa yang ingin orang lain liat atau yang kita ingin orang lain liat.

Misalnya, aku pengen orang-orang kira aku punya kecengan. Nah, aku akan melakukan pencitraan dengan berperilaku seperti orang yang sedang naksir sama orang lain.

Atau saat aku pengen orang tau kalo aku lagi punya pacar, ya aku bakal, misalnya, ngepost di blog kalo aku udah punya pacar.


EHEM.


Lanjut ya.

Kenapa seseorang melakukan pencitraan?

Menurutku, setiap orang pasti punya alesan sendiri sampe dia memilih untuk melakukan pencitraan. Bisa jadi dia nggak pengen orang lain tau apa yang dia rasain sebenernya, atau terlalu takut untuk bilang.

Contohnya nih. Daripada ditanya-tanya lagi naksir siapa, sampe dikepoin setiap hari, aku bakal lebih milih untuk pura-pura punya kecengan.

Atau,

daripada aku bingung harus gimana pas tau kalo ada yang naksir di saat aku udah punya orang yang disuka, aku bakal lebih milih untuk bilang kalo aku udah punya pacar.


UHUK.


Terusin ya.

Terakhir nih.

Bagaimana menyikapi orang yang melakukan pencitraan?

Pertanyaan ini agak susah untuk dijawab, karena semuanya balik lagi ke orang yang jadi korban pencitraan. Kalo aku pribadi sih, ya ngertiin aja.

Maksudku gini loh. Misalnya ada yang mencitrakan bahwa dia "sudah ada yang punya", ya udah lah ya lawan jenis masih banyak. Forget about that person and find another one who can accept the fact that you like her/him, and, hopefully, want to see how things would go between you guys. Iya sih, sulit memang mengatur perasaan, mengontrol hati. Tapi apa lebih baik bertahan dan ujung-ujungnya patah hati? Nggak enak lho patah hati, sembuhnya lama dan bekasnya nggak bisa ilang. Suer.


Jadi, pesanku, wahai adik-adik (atau kakak) korban pencitraan yang berkesempatan membaca post ini,

sabar-sabar aja ya :')

Saturday, September 8, 2012

Ketika

Ketika datang masa dimana kau tak lagi punya banyak pilihan, yg bisa kau lakukan adalah menikmati sedikit pilihan yg kau punya dan membuatnya menjadi indah, meskipun hanya bagi dirimu sendiri.

***

Aku sedang menjalani masa itu.

Sedih? Tidak.

Aku malah mulai bisa memahami apa yg dimaksud seorang seniorku di kampus.

"Kakak kurang setuju kalo ada yg bilang 'nasi sudah menjadi bubur'. Kalo emang udah jadi bubur, ya tambahin lah pake seledri, kacang, cakwe, ayam, kaldu, sate. Bumbuin! Bikin jadi bubur spesial!"

Ya. Hidup kadang tidak berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tapi bukankah itu yg selalu diajarkan pada kita? Bahwa manusia memang hanya seorang perencana, namun pada akhirnya Tuhan lah penentunya? Bahwa manusia diharuskan untuk selalu bersyukur bagaimanapun keadaannya?

Ha.

Bicara memang mudah.

Friday, September 7, 2012

Helep, Aku Kangen Rumah T_T

Berhubung nggak ada yg ngepoin twitter gue (ada deeeeng tapi orangnya kan udah di-block dari hidup gue jadi nggak diitung), akhirnya gue mengepoi twitter sendiri.

Iya emang sedih banget, nggak usah dibahas.

Eniwei.

Gue menemukan fakta bahwa gue baru dua minggu meninggalkan Jakarta tercinta.

Dua minggu?? DUA MINGGU???!?!??!??!?!!

Yooloh rasanya udah kayak setahun. Gue kayak udah lamaaaaaa banget nggak ngeliat muka nyokap, bokap (kalo yg ini emang udah lama banget nggak liat, sombong sii pulangnya jarang mehehe), vica, nenek, ece, abang, ante, vio.....

DAVIN...

Argh, rindu ini, membunuhku~~~

Terus gue ngirim bbm ke ece kan, bilang gitu kalo gue kangen. Dia bales gini:

"Kl kangen inget aja sm tujuan lo ke sana ce
Udah ah jgn cengeng
Pergi hang out gih sanaaaa
Heheheee"

Gue pun mikir. Tujuan gue ke sini sebenernya apa?

Melarikan diri bukan sih kalo nggak salah hahaha

Whoops.

Nggak lah, gue tuh di sini ceritanya menuntut ilmu, kan mau jadi family therapist. Jadi ya kejar sarjana psikologi lalu cabs ke luar empat tahun.

Pffftttttt,

seandainya menjalankan komitmen itu bisa semudah bikinnya.


Oh iya, belum laporan.

Buat yang nanya how's Jogja (Siapa, Mon? Orang nggak ada yg nanya -___-), Jogja's been fun.

Ketika gue sibuk.

Sementara pas lagi kayak sekarang ini, di kos, sendirian, sepi, males keluar karena udah seminggu lebih pulang malem,

Jogja bisa membangkitkan keinginan buat nangis.

Kota ini tuh keangetan, maksudnya kayak orang-orangnya warm banget gitu, kalo ketemu di jalan, meskipun nggak kenal, tetep nyapa. Abang-abang fotokopiannya (kenapa harus fotokopian ya) sama sih, suka ngeselin, tapi in a funny way. Masih sopan gitu lah.

Gue rindu kekerasan Jakarta!

Dan satu lagi, macet itu langka di sini.

Ya gue juga jarang kena macet sih pas di Jakarta, tapi seenggaknya gue selalu denger "anjir gue ke sini tadi macet tujuh turunan" dari orang-orang.

Ih ih ternyata macet ngangenin ih.


Btw.

Daritadi sambil ngetik, gue sambil mikir juga loh.

Dan gue sudah memutuskan untuk jadi wanita super sibuk yang nggak bisa diajak main.

Bukan nggak bisa deng; sulit.

Jadi kan ada tiga organisasi di kampus yg rencananya mau gue ikutin, cuman gue sempet mikir apakah gue mampu bagi waktu? Soalnya katanya kurikulum yang dipake di kampus gue tuh makan waktu banyak.

Tapi pas lagi hari Jumat gini dan gue kosong kan bahaya juga, ntar kalo terjadi hal-hal yang tidak diinginkan gimana coba.

Akhirnyaaaaaah gue fix bakal ngambil KRST (kayak teater gitu deh) sama repsigama (kayak yg sosial-sosial gitu). Terus di sini kan ada pecinta alam yang joging tiap selasa, jadi paling gue ikutan jogingnya ajah, terus ikutan kalo ada acara apa gitu yg seru, jadi nggak perlu mikir mau divisi air atau caving atau gunung atau tebing.

Atau ppm.

Itu juga kalo boleh.....

Kalo nggak boleh gimana ya -__________-

HHH nggak usah dipikirin dulu deh, liat ntar aja hahaha pokoknya yg harus banget diikutin ya krst, sisanya mikir lagi dulu sampe TKA (semacam makrab). Lagian belum tentu juga gue lulus ospek, tugas aja banyak yg nggak beres gitu.....


Yaampuuun belum ceritain ospek ya gue? Ntar ya ntar, pasti bakal gue ceritain!

Dan tentang mas panda juga <3<3<3 bahahahaha

Tuesday, August 28, 2012

28/08/2012; 01.07

Hari ini, dua puluh delapan agustus dua ribu dua belas, adalah hari pertama gue menjalani kehidupan sebagai seorang anak kos. Lucu, kemarenan gue bangga karna akhirnya bisa belajar hidup mandiri, nggak kayak sepupu-sepupu yang kuliahnya deket rumah, nggak perlu ngekos. Tapi hari ini, pagi ini, gue galau.

Beberapa jam yang lalu nyokap balik ke Jakarta sama Vica, sementara gue nggak bisa nemenin ke stasiun karena gue harus ngumpul kelompok untuk ngerjain tugas ospek. Itu pun karena gue udah seharian ninggalin kelompok gue buat ngabisin hari sama nyokap dan mereka udah kesel. Iyalah, kalo jadi mereka gue juga kesel. Apa-apaan, masa cuma gara-gara mau ditinggal gitu aja jadi mengabaikan kewajiban sebagai anggota?

Gue nangis sesorean pas nyokap lagi beres-beres barang buat dibawa ke Jakarta. Nyokap sih sok tegar gitu, bilang, "Udah kak, jangan ditangisin. Kan Jogja-Jakarta deket." Tapi gue yakin sebenernya sedih juga karena gue yang belum pernah ditinggal sendirian ini akhirnya bakal hidup sendiri di kota yang jaraknya 8 jam perjalanan darat.

Selesai beberes, gue pun nelfon taksi buat nganter kami ke stasiun. Eh nggak deng, nganter gue ke Bulaksumur Residence (tempat gue ngumpul kelompok) abis itu nganter nyokap ke stasiun. Sebenernya sih gue mau-mau aja cabut kumpul kelompok, seandainya malem itu bukan kesempatan terakhir buat foto dan mereka nggak lagi nungguin gue buat foto kelompok.

Di Bulaksumur Residence, gue minta nyokap buat nunggu bentar di dalem taksi. Rencananya gue pengen foto aja abis itu ke stasiun dulu baru balik lagi ke sini buat ngelanjutin tugas.

Ternyata, suasananya beneran nggak mendukung. Temen-temen gue sekelompok udah dieeeem aja gitu. Bete kayaknya karna gue lama setengah mati. Gue pun balik ke taksi dan bilang ke nyokap buat duluan aja. Gue bilang, "Mama ke stasiun aja duluan, nanti kalo kakak di sini udah selesai dan keretanya belum berangkat, kakak susul ke sana."

Iya, gue ngomong itu dengan air mata berleleran di pipi dan mata bengkak kayak lalet ijo.

Nyokap akhirnya ikutan nangis. Mungkin baru kerasa kali ya kalo saat itu tuh beneran bakal jadi semacam awal hidup gue sebagai seorang anak kos, and she wouldn't be by my side as she always had. Gue cium tangannya, peluk-pelukan, cium kening+pipi, peluk-peluk lagi. Abis itu, gue buka pintu belakang dan ngeliat Vica udah sesenggukan juga. Gue nggak bilang apa-apa sih ke dia, soalnya kalo gue buka mulut yg keluar pasti cuma "huhuhu".

Setelah akhirnya gue berhasil bilang, "dadaaah" dan nyokap pergi, gue pun jalan menuju tempat gue ngumpul. Tadinya sih mau sok tegar meskipun mata sembab. Eh pas siapa gitu temen gue nanya, "Monic kenapaaa?" niat gue buat sok kuat ancur. Gue langsung nyari pojokan dan nangis. Bahaha kalo diinget-inget lagi sebenernya kejadian itu konyol banget. Bahkan ada saat dimana gue nangis sambil ketawa gara-gara ngebayangin muka gue yang jelek banget kalo lagi nangis.

Beberapa lama kemudian, pemandu ospek kelompok gue dateng. Dia nanya, "Kenapa, Mon?" dengan ekspresi yang cuma bisa dijelaskan dengan satu kata: prihatin.

Gue bilang, "Nggak apa-apa."

Dia diem.

Abis itu agak lama dia nanya lagi, "Sakit, Mon?"

Gue bilang, "Enggak, nggak apa-apa kok."

Ini gue curiganya dia bermaksud menghibur tapi bingung harus ngomong apa. Mungkin kami senasib, sama-sama langganan kena brocca attack.

Terus gue berusaha buat biasa aja kan, soalnya nggak enak lah masa nangis mulu udah kayak bocah ditinggal di baby day care. Tapi mungkin keliatan ya gue down banget berhubung gue cukup sering ngelapin mata, habis pemandu gue nanya lagi, sih.

"Udah jadi anak kos, ya?"

Gue jawab, "Hahaha iya nih, sedih deh."

Iya gue ketawa, karena asumsi gue dia inget kalo gue pernah ngomong, "Selow, mumpung belom jadi anak kos," waktu nolak dibalikin duitnya pas beli minum buat anak-anak sekelompok..

Setelah kelar segala macem urusan, gue pun balik ke kosan.

Hening.

Sepi.

Nggak ada yg teriak-teriak nyanyi sambil main laptop.

Nggak ada yg lagi tiduran main game di HP sambil nungguin SMS dari bokap.

Nggak ada yg ngomong, "Kok baru pulang, kak?"

Gue sendirian.

Kosan gue rasanya sepiiii banget tanpa keberadaan dua orang yg kerjaannya nemenin gue selama beberapa hari terakhir. Dua orang yang selama mereka di sini gue janjiin buat jalan tapi nggak pernah kesampean saking gue keluar mulu dari pagi sampe malem. Dua orang yang beberapa hari terakhir "menghidupkan" kos gue hari ini udah pulang ke ibukota, sementara gue akan tinggal di sini selama paling nggak empat tahun ke depan.

Iya sih, enam bulan sekali gue akan pulang. Mereka juga pasti bakal jengukin gue di sini.

Tapi rasanya pasti beda kan?

Iya sih, gue nggak perlu nangis karena gue di sini kan karna pilihan gue sendiri (dibantu nyokap).

Tapi tetep aja sedih, kan?


***

Tuhan, lindungi aku dan orang-orang yang aku sayang selama kami terpisah.

Jauhkan mereka dari hal-hal buruk.

Bimbing aku agar selalu berada di jalan-Mu hingga suatu hari aku mampu membanggakan mereka.

Kembali ke ibukota, tak terpisah.

AAAAAMIIN. o:)

***

Anyway, gue akhirnya nggak ngapa-ngapain di sana selain foto soalnya ada angel yg ngerjain tugas ospek gue. Dan buat siapapun yg berbaik hati melakukan itu, gue doain hidupnya bahagia lahir batin dunia akhirat, aaamiin! Terimakasih ya, angel :)

Friday, August 24, 2012

Halo, ini post pertama yang gue buat dari kota yang akan gue tinggali selama empat tahun ke depan (semoga bisa lebih cepat dari itu, aaamiin).

Hmmh ngomongin apa ya enaknya...


Oh iya. Cerita nih buat yang belum tau.

Jadi kan ceritanya hampir setahun lalu gue mengundurkan diri dari UIN tercinta. Terus, setelah berbulan-bulan mencari jati diri--ngajar, mainan, jadi translator/PA segala macem--akhirnya gue memutuskan untuk ikut SNMPTN Tulis 2012.

Kan ceritanya gue bingung, "Duh, ambil apa ya..."

Kenapa bingung? Kenapa nggak ambil fk lagi aja?

Jadi begini loh adik-adik. Gue punya prinsip hidup yang aneh.

Aneh gimana?

Buat gue, sukses dua kali dalam bidang yang sama tuh nggak seru. Nah kan dua tahun lalu gue udah pernah sukses masuk FK lewat SNMPTN Tulis, jadi tahun ini mau ganti apa gitu yang lain yang gue tertarik juga buat masuk.

Terus gue mikir kan, "Yang lain itu apa?"

Gue pun buka-buka website kampus-kampus ternama di Indonesia: UGM, terus, ng... Terus..... Udah deng UGM doang bahahahaha abisan gue dari dulu nggak berminat masuk UI, dengan alasan yang tidak mungkin gue jelaskan di blog yang semua orang bisa baca.

Anyway.

Gue melihat-lihat fakultas yang ada di UGM dooong yakan.

Terus ada satu fakultas yang ter-highlight gitu, kayak cerah sendiri gitu loh namanya.

PSIKOLOGI

Mikir doong gue jadinya, "apa psikologi aja ya....."

Tapi itu belum jadi pilihan terakhir gue, saking indecisive-nya nih ceritanya.

Lalu gue buka-buka website lain dan nggak sengaja ketemu agency buat bantu orang-orang yang mau kuliah di luar negri.

Berbinar dooong hatiku, karena kuliah di luar negri tuh kayak semacam pencapaian tersendiri lah buat gue.

Akhirnya gue pun kirim email ke Mbak Putri, contact person-nya agency itu. Nanya-nanya banyak tentang jurusan yang bagus kalo mau kuliah di New Zealand.

Kenapa New Zealand? Kenapa nggak negara lain aja?

Karena gue suka sama negara yang nggak banyak orang Indonesia (yang gue tau) datengin. Gue mau yang beda. Selain itu New Zealand deket kan, jadi bisa lah ya.

Okeh lanjut.

Mbak Putri ini ngasih tau gue kalo di New Zealand dan Australia itu bagusnya bisnis.

Jadi lah gue tertarik ambil bisnis. Mulai dooong terlupakan lah si Psikologi UGM yang bersinar itu. Gue mulai memupuk mimpi buat kuliah double degree (bisnis dan akun kalo nggak salah, lupa gue) di temennya negri kangguru itu. Hingga tiba suatu saat bokap tau keputusan gue.

Terus papanya bilang apa, Kak?

Bokap bilang, bisnis itu mudah dipelajari. Bukan bermaksud merendahkan orang yang mengambil bisnis, tapi buat bokap, lo nggak perlu kuliah buat ngerti bisnis. Gue, sebagai anak yang baik (dan sebenernya belom tau pasti juga mau ngambil jurusan apaan buat kuliah) mengiyakan dan melepas keinginan gue buat kuliah di sana.

Berbulan-bulan pencarian, gue dapet email dari institusi kuliner di New Zealand. Gue dapet kesempatan buat ngambil professional cookery course di sana selama setahun. Itungannya D1 gitu kali yaa kalo di Indonesia. Selepas itu, gue bisa kerja di restoran yang menjalin kerjasama sama si institut. Gue yang suka makan pun berpikir, "Seru juga kayaknya jadi koki..."

Terus ganti lagi cita-citanya, Kak?

Yoeh. Sejak dapet email itu gue mulai merencanakan hidup gue untuk menjadi seorang koki profesional. Sayangnya nih, keinginan gue yang satu ini ditentang banget sama mayoritas keluarga gue: dari tante sampe nenek. Termasuk juga nyokap.

Aduh, kalo udah nyokap yang ngomong, aduh, nyerah deh. Ampun.


Nah.

Tidak terasa waktu pelaksanaan SNMPTN Tulis pun semakin dekat. Waktu gue semakin sempit untuk mutusin mau kuliah jurusan apa.

Terus gue berpikir, "Hmmh kalo SNMPTN ambil IPA atau IPS doang, pilihannya dikit. Sudahlah ambil IPC saja."

Gue bayar dong tuh, 175 ribu kalo nggak salah harganya.

Gue inget banget megang nomor itu lamaaaaaa (kayak dua mingguan gitu deh) sebelum akhirnya mulai mikirin lagi sebenernya gue mau kuliah apa.


Btw intermezzo.

Dari kecil, gue diajarkan untuk fokus. Kalo lo punya satu tujuan, kejar tujuan itu sampe lo bisa dapet. Jadi yang ada di dalem pikiran gue adalah, program studi apa yang bisa dimasuki lewat ujian IPA maupun IPS.

Yup, you know the answer. Psikologi.


Lanjut yaah.

Masalah jurusan udah kelar nih. H-sebulan pelaksanaan ujian. Cuman kampusnya mau pilih di mana ajaaah?

Gue pun nanya ke nyokap. Nyokap bilang dia mau gue stay di pulau Jawa.

Nah, dua kampus yang ada di pulau jawa dan jurusan psikologinya mendapat akreditasi A [dan yang gue inget namanya] adalah UI dan UGM. Sudah gue ceritakan tooh betapa nggak pengennya gue masuk UI? Jadi tidak perlu ditanya ya, pilihan pertama gue fix Psikologi UGM.

Pilihan kedua gue jatuh pada Psikologi Universitas Padjajaran yang dimasuki lewat jalur IPA, dengan pertimbangan gue pengen ujian di jakarta jadi harus ada kampus yang tempatnya di wilayah satu juga (Aceh- Bandung).

Terus pilihan ketiga gue, ehem, Psikologi Universitas Brawijaya, cadangan.

***

Tapi bukannya gue bilang brawijaya itu jelek makanya gue jadiin cadangan, lho! Soalnya gue pribadi adalah penganut kepercayaan bahwa bagus atau nggaknya lo saat lulus kuliah bukan ditentukan oleh tempat lo kuliah, melainkan bagaimana lo "membawa diri" dan menuntut ilmu selama kurang lebih empat tahun lo berkuliah di kampus itu.

***

Nah jurusan sudah dipilih, gue pun ber-bismillah ria ratusan kali sebelum menekan tombol "Saya Setuju". Tinggal belajarnya aja yakan.

Gue nggak mau sombong, tapi sejujurnya gue bukan maniak belajar seperti yang orang-orang asumsikan. Truth be told, gue bahkan nggak suka belajar. Gue hanya suka membaca, bukan menghafal.

Sementara, saat memilih jurusan, gue belom ngeh kalo IPS sesungguhnya adalah jurusan yang isinya apalan mati, kecuali kalo lo mau nembak jawaban.

Untungnya, gue adalah seorang anak IPA, jadi urusan tembak menembak jawaban ya bisa lah ya. Kan udah langganan dari zaman sekolah dulu ngahahahahah

Tapi kan tetep aja adik-adik, tembak menembak jawaban itu hanya bisa digunakan saat kalian udah tau apa yang mau ditembak. Menembak jawaban tanpa tau dasar ilmunya tuh ibarat cowok yang menembak cewek tanpa tau dia beneran cewek apa bukan. Terlalu beresiko untuk dilakukan!

Akhirnya demi mengetahui sejumput ilmu IPS, gue pun pergi ke gramedia sama nyokap buat beli buku rangkuman materi dan latihan soal.

Di sana, gue nyari buku yang kayaknya asik buat dibaca. Setelah beberapa lama, gue menjatuhkan pilihan di satu buku materi IPS lengkap dan dua buku latihan soal. Gue lupa judul buku soal-soalnya apa aja, tapi yang jelas satu buku memberikan jaminan 100% lolos SNMPTN Tulis sementara buku satunya menjamin 99,99% saja. Gue pun bertanya ke nyokap, mending ambil buku yang mana.

Kenapa nggak ambil dua-duanya aja, kak? Kan lebih banyak latihan soal lebih baik?

Iya siiiiih, tapi gue sadar diri juga kalo waktu gue udah mepet banget jadi nggak mungkin gue bisa ngabisin semua soal yang ada di dua buku itu. Mubazir kan kalo dibeli dua-duanya.

Anyway, nyokap gue bilang, "Ambil yang 99,99% aja, kak. Jaminan 100% mah punya Tuhan."

Gue merasa semacam tersentil sih pas nyokap ngomong gitu. Nggak ngerti kenapa, tapi menurut gue omongannya nyokap itu keren sekali. Hamba Allah banget gitu deeeeh.


Oke terus akhirnya gue habiskan waktu yang tinggal sedikit itu untuk membaca materi dari buku ringkasan yang gue beli. Mata ujian pertama yang gue baca adalah sejarah.

Kenapa sejarah, Kak?

Hmmmh, kenapa ya, karena gue udah ada dasar dalam pelajaran itu mungkin. Soalnya sejarah itu kan salah satu mata pelajaran IPS yang masih dipelajari sama anak IPA.

Btw, ternyata sejarahnya anak IPS lumayan beda dari yang pernah gue pelajarin. Sejarah yang ini tuh lebih, hmmh, mendetail gitu.  Dari mulai zaman prasejarah sampe zamannya pemerintahan SBY ada di buku itu.

Eh sebenernya gue nggak tau deng isinya selengkap apaan. Gue cuma sempet pelajarin dari zaman prasejarah sampe terbentuknya PBB nyehahah

Ya pokoknya gitu deh. Belajarnya gue tuh nggak ada maksimal-maksimalnyaaa, seadanya banget. Baru seperempat materi sejarah, gue udah harus pindah ke materi lain, karena gue mikir daripada ada yang malah nggak sempet dipelajarin terus guenya nggak tau apa-apa, mending tau dikit tapi semuanya tau. Pokoknya jangan sampe ada materi yang sama sekali nggak tau. Ya nggak sih?

Iya aja deh, Kak, biar cepet.

Bagus.

Lanjut ya.

Hari ujian pun tiba. Gue udah pasrah benget deh pokoknya. Di dalem pikiran gue tuh, yang harus gue lakukan adalah memaksimalkan poin di hari pertama, jadi kalo kemampuan IPS dan IPA-nya nggak sukses, yaa seenggaknya udah ada back up dari yang kemampuan dasar.

Udah nggak usah gue ceritain gimana proses ngerjain ujiannya, pokoknya begitu selesai hari kedua ujian, gue ngomong ke nyokap, "Ma, kalo kakak keterimanya di Brawijaya aja nggak apa-apa ya." Nyokap cuma senyum. Gue diem.


***


Well you know what happened next. Here I am, 100% hoki, dikasih kesempatan sama Tuhan untuk buktiin kalo gue mampu jadi apa yang gue pengen. Sekarang gue tinggal jalanin aja apa yang udah jadi pilihan gue. Bokap, nyokap, dan adek gue mendukung; nenek gue juga ikut seneng meskipun beliau bilang sulit banget untuk pisah karena selama hidup, gue emang nggak pernah tinggal jauh dari nenek.

Honestly, that's all that matters: ngeliat orang yang mendukung hidup gue selama ini mendukung apa yang gue mau dalam hidup.


Sudah dulu ceritanya ya? Catch ya later!

About Me

My photo
Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia